Materi Pelajaran Kelas XI IPA
SELAMAT DATANG di BLOG MERII
Selasa, 04 Desember 2012
Minggu, 02 Desember 2012
Materi Elektronika Kelas XI IPA Semester 2
SEMESTER 2
Pelajaran Elektronika Kleas XI IPA
RADIO
Pengukuran Tegangan Dengan
Menggunakan Jembatan Sebuah rangkaian jembatan juga berguana untuk mengukur
tegangan kecil pada impedansi yang sangat besar. Ini dapat dilakukan dengan
menggunakan baik jembatan Wheatston konnvensional ataupun.
Radio Penerima FM
Superheterodyne Radio penerima FM superheterodyne merupakan pengembangan
teknologi penerima untuk memperbaiki selektivitas saluran yang berdampingan
(Adjacent Channel Selectivity) dengan menempatkan bagian terbesar dari
selektivitas frekuensi .
Wattmeter 1 (Satu) Fasa
Wattmeter 1 (satu) fasa dapat dibangun dengan komponen utama berupa
elektrodinamometer. Elektrodinamometer merupakan komponen utama dari wattmeter
analog. Sistem Keamanan Dengan Identifikasi Dan Autentifikasi Keamanan
informasi mempunyai fungsi untuk melindungi informasi dari usaha pencurian,
penggantian, dan perusakan oleh pihak-pihak yang tidak punya hak akses terhadap
informasi tersebut. Untuk . Konfigurasi Bertingkat Rangkaian Penguat
Operasional (Op-Amp) Konfigurasi bertingkat, hubungan bertingkat atau rangkaian
cascade penguat
Materi Elektronika Kelas XI IPA Semester 1
SEMESTER 1
Pelajaran Elektronika Kelas
XI IPA
TRANSISTOR
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching),
stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor
dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT)
atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat
akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Pada umumnya, transistor memiliki 3
terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C). Tegangan yang di satu
terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang
lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus
output Kolektor.
Transistor merupakan komponen yang sangat penting
dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan
dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber
listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio. Dalam
rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklarberkecepatan tinggi.
Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi
sebagai logic gate, memori dan fungsi
rangkaian-rangkaian lainnya.
CARA KERJA SEMIKONDUKTOR
Pada dasarnya, transistor dan tabung vakum memiliki
fungsi yang serupa; keduanya mengatur jumlah aliran arus listrik.
Untuk mengerti cara kerja semikonduktor, misalkan sebuah gelas
berisi air murni. Jika sepasang konduktor dimasukan kedalamnya, dan diberikan
tegangan DC tepat dibawah tegangan elektrolisis (sebelum air berubah menjadi Hidrogen dan Oksigen), tidak akan ada arus
mengalir karena air tidak memiliki pembawa muatan (charge carriers). Sehingga,
air murni dianggap sebagai isolator. Jika sedikit garam
dapur dimasukan ke dalamnya, konduksi arus akan mulai mengalir, karena sejumlah pembawa muatan
bebas (mobile carriers,ion) terbentuk. Menaikan konsentrasi garam akan meningkatkan konduksi, namun
tidak banyak. Garam dapur sendiri adalah non-konduktor (isolator), karena pembawa
muatanya tidak bebas.
Silikon murni sendiri adalah sebuah isolator, namun jika
sedikit pencemar ditambahkan, seperti Arsenik, dengan sebuah proses
yang dinamakan doping, dalam jumlah yang cukup kecil sehingga tidak mengacaukan
tata letak kristal silikon, Arsenik akan memberikan elektron bebas dan hasilnya memungkinkan terjadinya konduksi arus listrik. Ini
karena Arsenik memiliki 5 atom di orbit terluarnya, sedangkan Silikon hanya 4.
Konduksi terjadi karena pembawa muatan bebas telah ditambahkan (oleh kelebihan
elektron dari Arsenik). Dalam kasus ini, sebuah Silikon tipe-n (n untuk
negatif, karena pembawa muatannya adalah elektron yang bermuatan negatif) telah
terbentuk.
Selain dari itu, silikon dapat dicampur dengan Boron untuk membuat semikonduktor tipe-p. Karena Boron hanya memiliki 3 elektron
di orbit paling luarnya, pembawa muatan yang baru, dinamakan "lubang"
(hole, pembawa muatan positif), akan terbentuk di dalam tata letak kristal
silikon.
Dalam tabung hampa, pembawa muatan (elektron) akan
dipancarkan oleh emisi thermionic dari sebuah katode yang dipanaskan oleh kawat filamen. Karena itu, tabung
hampa tidak bisa membuat pembawa muatan positif (hole).
Dapat dilihat bahwa pembawa muatan yang bermuatan sama
akan saling tolak menolak, sehingga tanpa adanya gaya yang lain,
pembawa-pembawa muatan ini akan terdistribusi secara merata di dalam materi
semikonduktor. Namun di dalam sebuah transistor bipolar (atau diode junction)
dimana sebuah semikonduktor tipe-p dan sebuah semikonduktor tipe-n dibuat dalam
satu keping silikon, pembawa-pembawa muatan ini cenderung berpindah ke arah
sambungan P-N tersebut (perbatasan antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n),
karena tertarik oleh muatan yang berlawanan dari seberangnya.
Kenaikan dari jumlah pencemar (doping level) akan
meningkatkan konduktivitas dari materi semikonduktor, asalkan tata-letak
kristal silikon tetap dipertahankan. Dalam sebuah transistor bipolar, daerah
terminal emiter memiliki jumlah doping yang lebih besar dibandingkan dengan
terminal basis. Rasio perbandingan antara doping emiter dan basis adalah satu
dari banyak faktor yang menentukan sifat penguatan arus (current gain) dari
transistor tersebut.
Jumlah doping yang diperlukan sebuah semikonduktor
adalah sangat kecil, dalam ukuran satu berbanding seratus juta, dan ini menjadi
kunci dalam keberhasilan semikonduktor. Dalam sebuah metal, populasi pembawa
muatan adalah sangat tinggi; satu pembawa muatan untuk setiap atom. Dalam
metal, untuk mengubah metal menjadi isolator, pembawa muatan harus disapu
dengan memasang suatu beda tegangan. Dalam metal, tegangan ini sangat tinggi,
jauh lebih tinggi dari yang mampu menghancurkannya. Namun, dalam sebuah
semikonduktor hanya ada satu pembawa muatan dalam beberapa juta atom. Jumlah
tegangan yang diperlukan untuk menyapu pembawa muatan dalam sejumlah besar
semikonduktor dapat dicapai dengan mudah. Dengan kata lain, listrik di dalam
metal adalah inkompresible (tidak bisa dimampatkan), seperti fluida. Sedangkan
dalam semikonduktor, listrik bersifat seperti gas yang bisa dimampatkan.
Semikonduktor dengan doping dapat diubah menjadi isolator, sedangkan metal
tidak.
Gambaran di atas menjelaskan konduksi disebabkan oleh
pembawa muatan, yaitu elektron atau lubang, namun dasarnya transistor bipolar
adalah aksi kegiatan dari pembawa muatan tersebut untuk menyebrangi daerah
depletion zone. Depletion zone ini terbentuk karena transistor tersebut
diberikan tegangan bias terbalik, oleh tegangan yang diberikan di antara basis
dan emiter. Walau transistor terlihat seperti dibentuk oleh dua diode yang
disambungkan, sebuah transistor sendiri tidak bisa dibuat dengan menyambungkan
dua diode. Untuk membuat transistor, bagian-bagiannya harus dibuat dari
sepotong kristal silikon, dengan sebuah daerah basis yang sangat tipis.
CARA KERJA TRANSISTOR
Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya
ada dua tipe dasar transistor, bipolar
junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect
transistor (FET), yang masing-masing bekerja secara
berbeda.
Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal
konduksi utamanya menggunakan dua polaritas pembawa muatan: elektron dan
lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT, arus listrik utama harus
melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone, dan ketebalan lapisan
ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur aliran
arus utama tersebut.
FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan
satu jenis pembawa muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam
FET, arus listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan
depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan dengan transistor bipolar dimana
daerah Basis memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari daerah
perbatasan ini dapat diubah dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk
mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut.
Sabtu, 01 Desember 2012
Materi Seni Budaya Kelas XI IPA Semester 2
SEMESTER 2
Pelajaran Seni Budaya Kelas XI IPA
Tarian Indonesia
1. Tari Bali dipersembahkan di pura.
Tarian
Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat
dari akar budaya bangsa Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri
tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi.
Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri; Di
Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian
dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang
dilindungi oleh pihak keraton atau akademi seni
yang dijalankan pemerintah.
Untuk
keperluan penggolongan, seni tari di Indonesia dapat digolongkan ke dalam
berbagai kategori. Dalam kategori sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi ke
dalam tiga era: era kesukuan prasejarah, era Hindu-Buddha, dan era Islam.
Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, dapat terbagi dalam dua kelompok, tari
keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat yang tumbuh
dari rakyat kebanyakan. Berdasarkan tradisinya, tarian Indonesia dibagi dalam dua
kelompok; tari tradisional dan tari kontemporer.
Era Sejarah
Tari bercorak prasejarah atau tari
suku pedalaman
1. Tari perang Papua dari Kabupaten Kepulauan Yapen.
2. Tari Kabasaran, Minahasa Sulawesi Utara.
Sebelum
bersentuhan dengan pengaruh asing, suku bangsa di kepulauan Indonesia sudah
mengembangkan seni tarinya tersendiri, hal ini tampak pada berbagai suku bangsa
yang bertahan dari pengaruh luar dan memilih hidup sederhana di pedalaman,
misalnya di Sumatra (Suku Batak, Nias, Mentawai), di Kalimantan (Dayak, Punan, Iban), di Jawa (Badui), Sulawesi (Toraja, Minahasa), Kepulauan Maluku dan Papua (Dani, Asmat, Amungme).
Banyak
ahli antropologi percaya bahwa tarian di Indonesia berawal dari gerakan ritual
dan upacara keagamaan. Tarian semacam ini biasanya berawal dari ritual, seperti
tari perang, tarian dukun untuk menyembuhkan
atau mengusir penyakit, tarian untuk memanggil hujan, dan berbagai jenis tarian
yang berkaitan dengan pertanian seperti tari Hudoq suku Dayak. Tarian lain diilhami oleh alam,
misalnya Tari Merak dari Jawa Barat. Tarian jenis purba ini biasanya
menampilkan gerakan berulang-ulang seperti tari Tor-Tor suku Batak dari Sumatra Utara. Tarian ini juga bermaksud untuk
membangkitkan roh atau jiwa yang tersembunyi dalam diri manusia, juga
dimaksudkan untuk menenangkan dan menyenangkan roh-roh tersebut. Beberapa
tarian melibatkan kondisi mental seperti kesurupan yang dianggap
sebagai penyaluran roh ke dalam tubuh penari yang menari dan bergerak di luar
kesadarannya. Tari Sanghyang Dedari adalah suci tarian istimewa di Bali, dimana gadis yang belum beranjak dewasa menari dalam
kondisi mental tidak sadar yang dipercaya dirasuki roh suci. Tarian ini
bermaksud mengusir roh-roh jahat dari sekitar desa. Tari Kuda Lumping dan tari keris juga melibatkan kondisi kesurupan.
Tari
bercorak Hindu-Buddha
1. Lakshmana, Rama dan Shinta dalam sendratari Ramayana di Prambanan, Jawa.
Dengan
diterimanya agama dharma di Indonesia, Hinduisme dan Buddhisme dirayakan dalam
berbagai ritual suci dan seni. Kisah epik Hindu seperti celebrated Ramayana, Mahabharata dan juga Panji menjadi ilham untuk
ditampilkan dalam tari-drama yang disebut "Sendratari" menyerupai
"ballet" dalam tradisi barat. Suatu metode tari yang rumit dan sangat
bergaya diciptakan dan tetap lestari hingga kini, terutama di pulau Jawa dan
Bali. Sendratari Jawa Ramayana dipentaskan secara rutin di Candi Prambanan, Yogyakarta; sementara
snedratari yang bertema sama dalam versi Bali dipentaskan di berbagai Pura di seluruh pulau Bali. Tarian Jawa Wayang orang mengambil cuplikan dari
episode Ramayana atau Mahabharata. Akan tetapi tarian ini sangat berbeda dengan
versi India. Meskipun sikap tubuh dan tangan tetap dianggap penting, tarian
Indonesia tidak menaruh perhatian penting terhadap mudra sebagaimana tarian India: bahkan lebih
menampilkan bentuk lokal. Tari keraton Jawa menekankan kepada keanggunan dan
gerakannya yang lambat dan lemah gemulai, sementara tarian Bali lebih dinamis
dan ekspresif. Tari ritual suci Jawa Bedhaya dipercaya berasal
dari masa Majapahit pada abad ke-14
bahkan lebih awal, tari ini berasal dari tari ritual yang dilakukan oleh gadis
perawan untuk memuja Dewa-dewa Hindu seperti Shiwa, Brahma, dan Wishnu.
Di
Bali, tarian telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual suci Hindu dharma. Beberapa ahli percaya
bahwa tari Bali berasal dari tradisi tari yang lebih tua dari Jawa. Relief
dari candi di Jawa Timur dari
abad ke-14 menampilkan mahkota dan hiasan kepala yang serupa dengan hiasan
kepala yang digunakan di tari Bali kini. Hal ini menampilkan kesinambungan
tradisi yang luar biasa yang tak terputus selama sedikitnya 600 tahun. Beberapa
tari sakral dan suci hanya boleh dipergelarkan pada upacara keagamaan tertentu.
Masing-masing tari Bali memiliki kegunaan tersendiri, mulai dari tari suci
untuk ritual keagamaan yang hanya boleh ditarikan di dalam pura, tari yang
menceritakan kisah dan legenda populer, hingga tari penyambutan dan
penghormatan kepada tamu seperti tari
pendet. Tari
topeng juga sangat populer di Jawa dan Bali, umumnya mengambil kisah cerita
Panji yang dapat dirunut berasal dari sejarah Kerajaan Kediri abad ke-12. Jenis
tari topeng yang terkenal
adalah tari topeng Cirebon dan topeng Bali.
Tari
bercorak Islam
1. Tari Saman dari Aceh.
Sebagai
agama yang datang kemudiam, Agama Islam mulai masuk ke
kepulauan Nusantara ketika tarian asli dan tarian dharma masih populer. Seniman
dan penari masih menggunakan gaya dari era sebelumnya, menganti kisah cerita
yang lebih berpenafsiran Islam dan busana yang lebih tertutup sesuai ajaran
Islam. Pergantian ini sangat jelas dalam Tari Persembahan dari Jambi. Penari
masih dihiasi perhiasan emas yang rumit dan raya seperti pada masa
Hindu-Buddha, tetapi pakaiannya lebih tertutup sesuai etika kesopanan berbusana
dalam ajaran Islam.
Era
baru ini membawa gaya baru dalam seni tari: Tari ZapinMelayu dan Tari SamanAceh menerapkan gaya
tari dan musik bernuansa Arabia dan Persia, digabungkan dengan gaya lokal menampilkan
generasi baru tarian era Islam. Digunakan pula alat musik khas Arab dan Persia,
seperti rebana, tambur, dan gendang yang menjadi alat musik utama dalam tarian
bernuansa Islam, begitu pula senandung nyanyian pengiring tarian yang mengutip
doa-doa Islami.
Pendukung
Tari
keraton
1. Tari Golek Ayun-ayun,
dari Keraton Yogyakarta
2. Tari Jaipongan, tari tradisi rakyat Sunda
Tarian
di Indonesia mencerminkan sejarah panjang Indonesia. Beberapa keluarga
bangsawan; berbagai istana dan keraton yang hingga kini masih bertahan di
berbagai bagian Indonesia menjadi benteng pelindung dan pelestari budaya
istana. Perbedaan paling jelas antara tarian istana dengan tarian rakyat tampak
dalam tradisi tari Jawa. Strata masyarakat Jawa yang berlapis-lapis dan
bertingkat tercermin dalam budayanya. Jika golongan bangsawan kelas atas lebih
memperhatikan pada kehalusan, unsur spiritual, keluhuran, dan keadiluhungan;
masyarakat kebanyakan lebih memperhatikan unsur hiburan dan sosial dari tarian.
Sebagai akibatnya tarian istana lebih ketat dan memiliki seperangkat aturan dan
disiplin yang dipertahankan dari generasi ke generasi, sementara tari rakyat
lebih bebas, dan terbuka atas berbagai pengaruh.
Perlindungan
kerajaan atas seni dan budaya istana umumnya digalakkan oleh pranata kerajaan
sebagai penjaga dan pelindung tradisi mereka. Misalnya para Sultan dan Sunan
dari Keraton Yogyakarta dan Keraton
Surakarta terkenal sebagai pencipta berbagai tarian keraton lengkap dengan
komposisi gamelan pengiring tarian
tersebut. Tarian istana juga terdapat dalam tradisi istana Bali dan Melayu,
yang bisanya—seperti di Jawa—juga menekankan pada kehalusan, keagungan dan
gengsi. Tarian Istana Sumatra seperti bekas Kesultanan Aceh, Kesultanan Deli di Sumatra Utara,
Kesultanan Melayu Riau, dan Kesultanan Palembang di Sumatra Selatan lebih
dipengaruhi budaya Islam, sementara Jawa dan Bali lebih kental akan warisan
budaya Hindu-Buddhanya.
Tari
rakyat
Tarian
Indonesia menunjukkan kompleksitas sosial dan pelapisan tingkatan sosial dari
masyarakyatnya, yang juga menunjukkan kelas sosial dan derajat kehalusannya.
Berdasarkan pelindung dan pendukungya, tari rakyat adalah tari yang
dikembangkan dan didukung oleh rakyat kebanyakan, baik di pedesaan maupun di
perkotaan. Dibandingkan dengan tari istana (keraton) yang dikembangkan dan
dilindungi oleh pihak istana, tari rakyat Indonesia lebih dinamis, enerjik, dan
relatif lebih bebas dari aturan yang ketat dan disiplin tertentu, meskipun
demikian beberapa langgam gerakan atau sikap tubuh yang khas seringkali tetap
dipertahankan. Tari rakyat lebih memperhatikan fungsi hiburan dan sosial
pergaulannya daripada fungsi ritual.
Tari Ronggeng dan tari Jaipongansuku
Sunda adalah contoh yang baik mengenai tradisi tari rakyat. Keduanya adalah
tari pergaulan yang lebih bersifat hiburan. Seringkali tarian ini menampilkan
gerakan yang dianggap kurang pantas jika ditinjau dari sudut pandang tari
istana, akibatnya tari rakyat ini seringkali disalahartikan terlalu erotis atau
terlalu kasar dalam standar istana. Meskipun demikian tarian ini tetap berkembang
subur dalam tradisi rakyat Indonesia karena didukung oleh masyarakatnya.
Beberapa tari rakyat tradisional telah dikembangkan menjadi tarian massal
dengan gerakan sederhana yang tersusun rapi, seperti tari Poco-poco dari Minahasa Sulawesi Utara, dan tari Sajojo dari Papua.
Tradisi
Tari
tradisional
Tari
tradisional Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman bangsa
Indonesia. Beberapa tradisi seni tari seperti; tarian Bali, tarian Jawa, tarian
Sunda, tarian Minangkabau, tarian Palembang, tarian Melayu, tarian Aceh, dan
masih banyak lagi adalah seni tari yang berkembang sejak dahulu kala, meskipun
demikian tari ini tetap dikembangkan hingga kini. Beberapa tari mungkin telah
berusia ratusan tahun, sementara beberapa tari berlanggam tradisional mungkin
baru diciptakan kurang dari satu dekade yang lalu. Penciptaan tari dengan
koreografi baru, tetapi masih di dalam kerangka disiplin tradisi tari tertentu
masih dimungkinkan. Sebagai hasilnya, muncullah beberapa tari kreasi
baru. Tari kreasi baru ini dapat merupakan penggalian kembali akar-akar
budaya yang telah sirna, penafsiran baru, inspirasi atau eksplorasi seni baru
atas seni tari tradisional.
Sekolah
seni tertentu di Indonesia seperti Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)
di Bandung, Institut Kesenian
Jakarta (IKJ) di Jakarta, Institut Seni Indonesia
(ISI) yang tersebar di Denpasar, Yogyakarta, dan Surakarta kesemuanya mendukung dan menggalakkan
siswanya untuk mengeksplorasi dan mengembangkan seni tari tradisional di
Indonesia. Beberapa festival tertentu seperti Festival Kesenian Bali dikenal
sebagai ajang ternama bagi seniman tari Bali untuk menampilkan tari kreasi baru
karya mereka.
Tari
kontemporer
1. Tari modern pengiring
pagelaran musik
Seni
tari kontemporer Indonesia meminjam banyak pengaruh dari luar, seperti
tari ballet dan tari modern barat. Pada tahun
1954, dua seniman dar Yogyakarta — Bagong Kusudiarjo dan Wisnuwardhana —
merantau ke Amerika Serikat untuk belajar ballet dan tari modern dengan berbagai
sanggar tari disana. Ketika kembali ke Indonesia pada tahun 1959 mereka membawa
budaya berkesenian baru, yang pada akhirnya mengubah arah, wajah dan pergerakan
dan koreografi baru, mereka memperkenalkan gagasan seni tari sebagai ekspresi
pribadi sang seniman ke dalam seni tari Indonesia.[3] Gagasan seni tari
sebagai media ekspresi pribadi seniman telah membangkitkan seni tari Indonesia,
dari yang semula selalu berlatar tradisi menjadi ekspresi seni, melalui paparan
sang seniman terhadap berbagai latar belakang seni dan budaya yang lebih luas
dan kaya. Seni tari tradisional Indonesia juga banyak memengaruhi seni tari
kontemporer di Indonesia, misalnya langgam tari Jawa berupa pose dan sikap
tubuh serta keanggunan gerakan seringkali muncul dalam pagelaran seni tari
kontemporer di Indonesia. Kolaborasi internasional juga dimungkinkan, misalnya
kolaborasi seni tari Jepang Noh dengan seni tari
teater tradisional Jawa dan Bali.
Tari
modern Indonesia juga seringkali ditampilkan dalam dunia industri hiburan dan
pertunjukan Indonesia, misalnya tarian pengiring nyanyian, pagelaran musik,
atau panggung hiburan. Kini dengan derasnya pengaruh budaya pop dari luar negeri, terutama
dari Amerika serikat, beberapa tari modern seperti tari jalanan (street dance) juga merebut perhatian
kaum muda Indonesia.
Materi B.Indonesia Kelas XI IPA Semester 2
SEMESTER 2
Pelajaran B.Indonesia Kelas XI IPA
KARYA ILMIAH
Langkah-langkah penulisan karya ilmiah :
1. Persiapan
2. Pengumpulan data
3. Pengolahan data
4. Pelaporan
Sistematika penulisan karya tulis ilmiah :
- bagian awal :
1. Halaman sampul
2. Halaman judul
3. Abstrak
4. Kata pengantar
5. Daftar isi
6. Daftar lampiran
- bagian inti
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang penelitian
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
D. Hipotesis penelitian
E. Manfaat
BAB II Kajian Teori
BAB III Metodologi Penelitian
BAB IV Hasil Penelitian
BAB V Penutup
- Kesimpulan
- Saran
Cara menyampaikan hasil penelitian :
1. Membacakan secara langsung hasil penelitian.
2. Mempresentasikan dengan menggunakan OHP
3. Memanfaatkan program komputer power point dan macromedia flash.
Hal-hal yang dipersiapkan dalam presentasi:
1. Membacakan salam pembuka.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menyampaikan gambaran umum tentang isi.
4. Menyampaikan materi sesuai makalah yang dibuat.
5. Membuka forum tanya jawab.
6. Menutup presentasi.
7. Menyampaikan terima kasih dan salam penutup.
Kamis, 29 November 2012
Materi Matematika Kelas XI IPA Semester 1
SEMESTER 1
Pelajaran Matematika Kelas XI IPA
Peluang Kejadian Majemuk
a. Peluang Gabungan 2 kejadian
Misal A dan B adalah dua kejadian yang berbeda, maka peluang kejadian
A ∪ B ditentukan dengan aturan:
P(A ∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B)
Contoh:
Diambil sebuah kartu dari 1 set kartu bridge, tentukan peluang terambilnya kartu As atau kartu Hati!
Penyelesaian:n(S) = 52 (karena banyaknya kartu dalam 1 set kartu bridge 52)
A = kartu As, n(A) = 4 (Banyaknya kartu As dalam1 set kartu bridge 4)
4
P(A) = ——
52
B = kartu Hati, n(B) = 13 (Banyaknya kartu Hati dalam1 set kartu bridge 13)
13
P(B) = ——
52
n(A∩B) = 1 (Banyaknya Kartu As dan Hati dalam1 set kartu bridge 1)
1
P(A∩B) = ——
52
4 13 1 16
P(A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B) = —— + —— – —— =——
52 52 52 52
16
Jadi peluang kejadian terambilnya kartu As atau Hati adalah ——
52
b. Peluang Kejadian Saling Lepas (Saling Asing)
Kejadian A dan B saling asing jika kedua kejadian tersebut tidak mungkin terjadi bersama-sama. Ini berarti A∩B = 0 atau P(A∩B) = 0
Sehingga: P (A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B) = P(A) + P(B) – 0
P (A∪ B) = P(A) + P(B)
Contoh:
Sebuah dadu dilambungkan sekali, jika A adalah kejadian munculnya bilangan ganjil dan B adalah kejadian munculnya bilangan genap. Tentukan peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau genap!
Penyelesaian:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
A = bilangan ganjil : {1, 3, 5} → P(A) = 3/6
B = bilangan genap : {2, 4, 6} → P(B) =3/6
A∩B = {} → P(A∩B) = 0 (A dan B kejadian saling lepas)
P(A∪ B) = P(A) + P(B)
= 3/6 + 3/6 = 1
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau genap adalah 1
Contoh:
Sebuah kotak berisi 5 bola merah, 2 bola kuning dan 1 bola biru. Akan diambil sebuah bola secara acak. Tentukan peluang terambilnya bola merah atau bola kuning!
Penyelesaian:
8! 8! 8 . 7!
n(S) = 8C1 = ———— = ———— = ——— = 8
1!(8- 1)! 1 . 7! 7!
Misal kejadian terambilnya kelereng merah adalah A, maka:
5! 5! n(A) 5
n(A) = 5C1 = ———— = —— = 5, P(A) = ——— = ——
1!(5 - 1)! 4! n(S) 8
Misal kejadian terambilnya kelereng kuning adalah B, maka:
2! 2! n(B) 2
n(B) = 2C1 = ———— = —— = 2, P(B) = ——— = ——
1!(2 - 1)! 1! n(S) 8
A∩B = {} (Kejadian saling lepas)
5 2 7
P(A∪ B) = P(A) + P(B) = —— + —— = ——
8 8 8 7
Jadi peluang terambilnya bola merah atau bola kuning ——
8
a. Peluang Gabungan 2 kejadian
Misal A dan B adalah dua kejadian yang berbeda, maka peluang kejadian
A ∪ B ditentukan dengan aturan:
P(A ∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B)
Contoh:
Diambil sebuah kartu dari 1 set kartu bridge, tentukan peluang terambilnya kartu As atau kartu Hati!
Penyelesaian:n(S) = 52 (karena banyaknya kartu dalam 1 set kartu bridge 52)
A = kartu As, n(A) = 4 (Banyaknya kartu As dalam1 set kartu bridge 4)
4
P(A) = ——
52
B = kartu Hati, n(B) = 13 (Banyaknya kartu Hati dalam1 set kartu bridge 13)
13
P(B) = ——
52
n(A∩B) = 1 (Banyaknya Kartu As dan Hati dalam1 set kartu bridge 1)
1
P(A∩B) = ——
52
4 13 1 16
P(A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B) = —— + —— – —— =——
52 52 52 52
16
Jadi peluang kejadian terambilnya kartu As atau Hati adalah ——
52
b. Peluang Kejadian Saling Lepas (Saling Asing)
Kejadian A dan B saling asing jika kedua kejadian tersebut tidak mungkin terjadi bersama-sama. Ini berarti A∩B = 0 atau P(A∩B) = 0
Sehingga: P (A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B) = P(A) + P(B) – 0
P (A∪ B) = P(A) + P(B)
Contoh:
Sebuah dadu dilambungkan sekali, jika A adalah kejadian munculnya bilangan ganjil dan B adalah kejadian munculnya bilangan genap. Tentukan peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau genap!
Penyelesaian:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
A = bilangan ganjil : {1, 3, 5} → P(A) = 3/6
B = bilangan genap : {2, 4, 6} → P(B) =3/6
A∩B = {} → P(A∩B) = 0 (A dan B kejadian saling lepas)
P(A∪ B) = P(A) + P(B)
= 3/6 + 3/6 = 1
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau genap adalah 1
Contoh:
Sebuah kotak berisi 5 bola merah, 2 bola kuning dan 1 bola biru. Akan diambil sebuah bola secara acak. Tentukan peluang terambilnya bola merah atau bola kuning!
Penyelesaian:
8! 8! 8 . 7!
n(S) = 8C1 = ———— = ———— = ——— = 8
1!(8- 1)! 1 . 7! 7!
Misal kejadian terambilnya kelereng merah adalah A, maka:
5! 5! n(A) 5
n(A) = 5C1 = ———— = —— = 5, P(A) = ——— = ——
1!(5 - 1)! 4! n(S) 8
Misal kejadian terambilnya kelereng kuning adalah B, maka:
2! 2! n(B) 2
n(B) = 2C1 = ———— = —— = 2, P(B) = ——— = ——
1!(2 - 1)! 1! n(S) 8
A∩B = {} (Kejadian saling lepas)
5 2 7
P(A∪ B) = P(A) + P(B) = —— + —— = ——
8 8 8 7
Jadi peluang terambilnya bola merah atau bola kuning ——
8
Materi B.Inggris Kelas XI IPA Semester 2
SEMESTER 2
Pelajaran B.Inggris Kelas XI IPA
Spoof and
Recount Text; What Makes them Different
Reading spoof and recount text will arouse the convenience. Both spoof and recount genre
explore the informative fact for the past experience. In literary term,
experience can be factual or imaginative, objective or subjective. Both spoof
and recount focus on series of event which happened.
However for functional view, recount text emphasizes in detailed information of the events. It reveals the series of events in chronological order based on time or place. In the other hand, spoof text tends to project the amusement of reading. Spoof text uses tricky plot to drive readers to certain view and sooner brings the reader to the opposite point. This trick will result amusement of reading.
Clearly the different flow plots used by spoof and recount are seen at the applied generic structure. For the first stages, both spoof and recount have similarity. Both introduce the participants of the story and, orientate the main event and set the time and place. After that both spoof and recount text expose the following events in detail. The last phase is what makes them different. Recount text will summarize the introduction and closed with the writer's subjective feeling concerning the events. Meanwhile spoof text will end the story with what we call TWIST. It is the unpredictable thing. Reader has expected certain point in the ending on the contrary hand the story itself moves to another unexpected ending.
However for functional view, recount text emphasizes in detailed information of the events. It reveals the series of events in chronological order based on time or place. In the other hand, spoof text tends to project the amusement of reading. Spoof text uses tricky plot to drive readers to certain view and sooner brings the reader to the opposite point. This trick will result amusement of reading.
Clearly the different flow plots used by spoof and recount are seen at the applied generic structure. For the first stages, both spoof and recount have similarity. Both introduce the participants of the story and, orientate the main event and set the time and place. After that both spoof and recount text expose the following events in detail. The last phase is what makes them different. Recount text will summarize the introduction and closed with the writer's subjective feeling concerning the events. Meanwhile spoof text will end the story with what we call TWIST. It is the unpredictable thing. Reader has expected certain point in the ending on the contrary hand the story itself moves to another unexpected ending.
Struktur
dari teks spoof yaitu:
1. Orientation: Berfungsi sebagai awal cerita yang mengantar ke dalam inti cerita
2. Event 1: Bagian yang menceritakan kejadian awal
3. Event 2: Bagian yang menceritakan kejadian setelah kejadian awal (bila ada)
4. Twist: Akhir yang tidak terduga atau lucu
1. Orientation: Berfungsi sebagai awal cerita yang mengantar ke dalam inti cerita
2. Event 1: Bagian yang menceritakan kejadian awal
3. Event 2: Bagian yang menceritakan kejadian setelah kejadian awal (bila ada)
4. Twist: Akhir yang tidak terduga atau lucu
Spoof
Text Example:
A.
A Man
A
man from the country side went to a city. It was his first time visiting the
city, so the city’s view with all the flashy technology shocked him very much.
While
roaming the city’s shopping centre, he found a red building that was soo big!
He wanted to go inside the building, so he excitedly walked up to the building
and found himself face to face with a shiny metalic door. On the door was an
‘open’ sign. He was surprised, this building is an oven? He mistakenly took the
sign ‘open’ as ‘oven’.
In
cue with this mistake, a white man opened the door and entered the building.
And then five minutes later, the metalic door opened revealing a black man!
When
another white man came to enter the building, the country side man stopped him
from entering. He said, “Don’t go in there! That building is an oven! “
Langganan:
Postingan (Atom)