SELAMAT DATANG di BLOG MERII
Sabtu, 01 Desember 2012
Materi Seni Budaya Kelas XI IPA Semester 2
Tarian Indonesia
1. Tari Bali dipersembahkan di pura.
Tarian
Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat
dari akar budaya bangsa Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri
tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi.
Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri; Di
Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian
dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang
dilindungi oleh pihak keraton atau akademi seni
yang dijalankan pemerintah.
Untuk
keperluan penggolongan, seni tari di Indonesia dapat digolongkan ke dalam
berbagai kategori. Dalam kategori sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi ke
dalam tiga era: era kesukuan prasejarah, era Hindu-Buddha, dan era Islam.
Berdasarkan pelindung dan pendukungnya, dapat terbagi dalam dua kelompok, tari
keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat yang tumbuh
dari rakyat kebanyakan. Berdasarkan tradisinya, tarian Indonesia dibagi dalam dua
kelompok; tari tradisional dan tari kontemporer.
Era Sejarah
Tari bercorak prasejarah atau tari
suku pedalaman
1. Tari perang Papua dari Kabupaten Kepulauan Yapen.
2. Tari Kabasaran, Minahasa Sulawesi Utara.
Sebelum
bersentuhan dengan pengaruh asing, suku bangsa di kepulauan Indonesia sudah
mengembangkan seni tarinya tersendiri, hal ini tampak pada berbagai suku bangsa
yang bertahan dari pengaruh luar dan memilih hidup sederhana di pedalaman,
misalnya di Sumatra (Suku Batak, Nias, Mentawai), di Kalimantan (Dayak, Punan, Iban), di Jawa (Badui), Sulawesi (Toraja, Minahasa), Kepulauan Maluku dan Papua (Dani, Asmat, Amungme).
Banyak
ahli antropologi percaya bahwa tarian di Indonesia berawal dari gerakan ritual
dan upacara keagamaan. Tarian semacam ini biasanya berawal dari ritual, seperti
tari perang, tarian dukun untuk menyembuhkan
atau mengusir penyakit, tarian untuk memanggil hujan, dan berbagai jenis tarian
yang berkaitan dengan pertanian seperti tari Hudoq suku Dayak. Tarian lain diilhami oleh alam,
misalnya Tari Merak dari Jawa Barat. Tarian jenis purba ini biasanya
menampilkan gerakan berulang-ulang seperti tari Tor-Tor suku Batak dari Sumatra Utara. Tarian ini juga bermaksud untuk
membangkitkan roh atau jiwa yang tersembunyi dalam diri manusia, juga
dimaksudkan untuk menenangkan dan menyenangkan roh-roh tersebut. Beberapa
tarian melibatkan kondisi mental seperti kesurupan yang dianggap
sebagai penyaluran roh ke dalam tubuh penari yang menari dan bergerak di luar
kesadarannya. Tari Sanghyang Dedari adalah suci tarian istimewa di Bali, dimana gadis yang belum beranjak dewasa menari dalam
kondisi mental tidak sadar yang dipercaya dirasuki roh suci. Tarian ini
bermaksud mengusir roh-roh jahat dari sekitar desa. Tari Kuda Lumping dan tari keris juga melibatkan kondisi kesurupan.
Tari
bercorak Hindu-Buddha
1. Lakshmana, Rama dan Shinta dalam sendratari Ramayana di Prambanan, Jawa.
Dengan
diterimanya agama dharma di Indonesia, Hinduisme dan Buddhisme dirayakan dalam
berbagai ritual suci dan seni. Kisah epik Hindu seperti celebrated Ramayana, Mahabharata dan juga Panji menjadi ilham untuk
ditampilkan dalam tari-drama yang disebut "Sendratari" menyerupai
"ballet" dalam tradisi barat. Suatu metode tari yang rumit dan sangat
bergaya diciptakan dan tetap lestari hingga kini, terutama di pulau Jawa dan
Bali. Sendratari Jawa Ramayana dipentaskan secara rutin di Candi Prambanan, Yogyakarta; sementara
snedratari yang bertema sama dalam versi Bali dipentaskan di berbagai Pura di seluruh pulau Bali. Tarian Jawa Wayang orang mengambil cuplikan dari
episode Ramayana atau Mahabharata. Akan tetapi tarian ini sangat berbeda dengan
versi India. Meskipun sikap tubuh dan tangan tetap dianggap penting, tarian
Indonesia tidak menaruh perhatian penting terhadap mudra sebagaimana tarian India: bahkan lebih
menampilkan bentuk lokal. Tari keraton Jawa menekankan kepada keanggunan dan
gerakannya yang lambat dan lemah gemulai, sementara tarian Bali lebih dinamis
dan ekspresif. Tari ritual suci Jawa Bedhaya dipercaya berasal
dari masa Majapahit pada abad ke-14
bahkan lebih awal, tari ini berasal dari tari ritual yang dilakukan oleh gadis
perawan untuk memuja Dewa-dewa Hindu seperti Shiwa, Brahma, dan Wishnu.
Di
Bali, tarian telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual suci Hindu dharma. Beberapa ahli percaya
bahwa tari Bali berasal dari tradisi tari yang lebih tua dari Jawa. Relief
dari candi di Jawa Timur dari
abad ke-14 menampilkan mahkota dan hiasan kepala yang serupa dengan hiasan
kepala yang digunakan di tari Bali kini. Hal ini menampilkan kesinambungan
tradisi yang luar biasa yang tak terputus selama sedikitnya 600 tahun. Beberapa
tari sakral dan suci hanya boleh dipergelarkan pada upacara keagamaan tertentu.
Masing-masing tari Bali memiliki kegunaan tersendiri, mulai dari tari suci
untuk ritual keagamaan yang hanya boleh ditarikan di dalam pura, tari yang
menceritakan kisah dan legenda populer, hingga tari penyambutan dan
penghormatan kepada tamu seperti tari
pendet. Tari
topeng juga sangat populer di Jawa dan Bali, umumnya mengambil kisah cerita
Panji yang dapat dirunut berasal dari sejarah Kerajaan Kediri abad ke-12. Jenis
tari topeng yang terkenal
adalah tari topeng Cirebon dan topeng Bali.
Tari
bercorak Islam
1. Tari Saman dari Aceh.
Sebagai
agama yang datang kemudiam, Agama Islam mulai masuk ke
kepulauan Nusantara ketika tarian asli dan tarian dharma masih populer. Seniman
dan penari masih menggunakan gaya dari era sebelumnya, menganti kisah cerita
yang lebih berpenafsiran Islam dan busana yang lebih tertutup sesuai ajaran
Islam. Pergantian ini sangat jelas dalam Tari Persembahan dari Jambi. Penari
masih dihiasi perhiasan emas yang rumit dan raya seperti pada masa
Hindu-Buddha, tetapi pakaiannya lebih tertutup sesuai etika kesopanan berbusana
dalam ajaran Islam.
Era
baru ini membawa gaya baru dalam seni tari: Tari ZapinMelayu dan Tari SamanAceh menerapkan gaya
tari dan musik bernuansa Arabia dan Persia, digabungkan dengan gaya lokal menampilkan
generasi baru tarian era Islam. Digunakan pula alat musik khas Arab dan Persia,
seperti rebana, tambur, dan gendang yang menjadi alat musik utama dalam tarian
bernuansa Islam, begitu pula senandung nyanyian pengiring tarian yang mengutip
doa-doa Islami.
Pendukung
Tari
keraton
1. Tari Golek Ayun-ayun,
dari Keraton Yogyakarta
2. Tari Jaipongan, tari tradisi rakyat Sunda
Tarian
di Indonesia mencerminkan sejarah panjang Indonesia. Beberapa keluarga
bangsawan; berbagai istana dan keraton yang hingga kini masih bertahan di
berbagai bagian Indonesia menjadi benteng pelindung dan pelestari budaya
istana. Perbedaan paling jelas antara tarian istana dengan tarian rakyat tampak
dalam tradisi tari Jawa. Strata masyarakat Jawa yang berlapis-lapis dan
bertingkat tercermin dalam budayanya. Jika golongan bangsawan kelas atas lebih
memperhatikan pada kehalusan, unsur spiritual, keluhuran, dan keadiluhungan;
masyarakat kebanyakan lebih memperhatikan unsur hiburan dan sosial dari tarian.
Sebagai akibatnya tarian istana lebih ketat dan memiliki seperangkat aturan dan
disiplin yang dipertahankan dari generasi ke generasi, sementara tari rakyat
lebih bebas, dan terbuka atas berbagai pengaruh.
Perlindungan
kerajaan atas seni dan budaya istana umumnya digalakkan oleh pranata kerajaan
sebagai penjaga dan pelindung tradisi mereka. Misalnya para Sultan dan Sunan
dari Keraton Yogyakarta dan Keraton
Surakarta terkenal sebagai pencipta berbagai tarian keraton lengkap dengan
komposisi gamelan pengiring tarian
tersebut. Tarian istana juga terdapat dalam tradisi istana Bali dan Melayu,
yang bisanya—seperti di Jawa—juga menekankan pada kehalusan, keagungan dan
gengsi. Tarian Istana Sumatra seperti bekas Kesultanan Aceh, Kesultanan Deli di Sumatra Utara,
Kesultanan Melayu Riau, dan Kesultanan Palembang di Sumatra Selatan lebih
dipengaruhi budaya Islam, sementara Jawa dan Bali lebih kental akan warisan
budaya Hindu-Buddhanya.
Tari
rakyat
Tarian
Indonesia menunjukkan kompleksitas sosial dan pelapisan tingkatan sosial dari
masyarakyatnya, yang juga menunjukkan kelas sosial dan derajat kehalusannya.
Berdasarkan pelindung dan pendukungya, tari rakyat adalah tari yang
dikembangkan dan didukung oleh rakyat kebanyakan, baik di pedesaan maupun di
perkotaan. Dibandingkan dengan tari istana (keraton) yang dikembangkan dan
dilindungi oleh pihak istana, tari rakyat Indonesia lebih dinamis, enerjik, dan
relatif lebih bebas dari aturan yang ketat dan disiplin tertentu, meskipun
demikian beberapa langgam gerakan atau sikap tubuh yang khas seringkali tetap
dipertahankan. Tari rakyat lebih memperhatikan fungsi hiburan dan sosial
pergaulannya daripada fungsi ritual.
Tari Ronggeng dan tari Jaipongansuku
Sunda adalah contoh yang baik mengenai tradisi tari rakyat. Keduanya adalah
tari pergaulan yang lebih bersifat hiburan. Seringkali tarian ini menampilkan
gerakan yang dianggap kurang pantas jika ditinjau dari sudut pandang tari
istana, akibatnya tari rakyat ini seringkali disalahartikan terlalu erotis atau
terlalu kasar dalam standar istana. Meskipun demikian tarian ini tetap berkembang
subur dalam tradisi rakyat Indonesia karena didukung oleh masyarakatnya.
Beberapa tari rakyat tradisional telah dikembangkan menjadi tarian massal
dengan gerakan sederhana yang tersusun rapi, seperti tari Poco-poco dari Minahasa Sulawesi Utara, dan tari Sajojo dari Papua.
Tradisi
Tari
tradisional
Tari
tradisional Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman bangsa
Indonesia. Beberapa tradisi seni tari seperti; tarian Bali, tarian Jawa, tarian
Sunda, tarian Minangkabau, tarian Palembang, tarian Melayu, tarian Aceh, dan
masih banyak lagi adalah seni tari yang berkembang sejak dahulu kala, meskipun
demikian tari ini tetap dikembangkan hingga kini. Beberapa tari mungkin telah
berusia ratusan tahun, sementara beberapa tari berlanggam tradisional mungkin
baru diciptakan kurang dari satu dekade yang lalu. Penciptaan tari dengan
koreografi baru, tetapi masih di dalam kerangka disiplin tradisi tari tertentu
masih dimungkinkan. Sebagai hasilnya, muncullah beberapa tari kreasi
baru. Tari kreasi baru ini dapat merupakan penggalian kembali akar-akar
budaya yang telah sirna, penafsiran baru, inspirasi atau eksplorasi seni baru
atas seni tari tradisional.
Sekolah
seni tertentu di Indonesia seperti Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)
di Bandung, Institut Kesenian
Jakarta (IKJ) di Jakarta, Institut Seni Indonesia
(ISI) yang tersebar di Denpasar, Yogyakarta, dan Surakarta kesemuanya mendukung dan menggalakkan
siswanya untuk mengeksplorasi dan mengembangkan seni tari tradisional di
Indonesia. Beberapa festival tertentu seperti Festival Kesenian Bali dikenal
sebagai ajang ternama bagi seniman tari Bali untuk menampilkan tari kreasi baru
karya mereka.
Tari
kontemporer
1. Tari modern pengiring
pagelaran musik
Seni
tari kontemporer Indonesia meminjam banyak pengaruh dari luar, seperti
tari ballet dan tari modern barat. Pada tahun
1954, dua seniman dar Yogyakarta — Bagong Kusudiarjo dan Wisnuwardhana —
merantau ke Amerika Serikat untuk belajar ballet dan tari modern dengan berbagai
sanggar tari disana. Ketika kembali ke Indonesia pada tahun 1959 mereka membawa
budaya berkesenian baru, yang pada akhirnya mengubah arah, wajah dan pergerakan
dan koreografi baru, mereka memperkenalkan gagasan seni tari sebagai ekspresi
pribadi sang seniman ke dalam seni tari Indonesia.[3] Gagasan seni tari
sebagai media ekspresi pribadi seniman telah membangkitkan seni tari Indonesia,
dari yang semula selalu berlatar tradisi menjadi ekspresi seni, melalui paparan
sang seniman terhadap berbagai latar belakang seni dan budaya yang lebih luas
dan kaya. Seni tari tradisional Indonesia juga banyak memengaruhi seni tari
kontemporer di Indonesia, misalnya langgam tari Jawa berupa pose dan sikap
tubuh serta keanggunan gerakan seringkali muncul dalam pagelaran seni tari
kontemporer di Indonesia. Kolaborasi internasional juga dimungkinkan, misalnya
kolaborasi seni tari Jepang Noh dengan seni tari
teater tradisional Jawa dan Bali.
Tari
modern Indonesia juga seringkali ditampilkan dalam dunia industri hiburan dan
pertunjukan Indonesia, misalnya tarian pengiring nyanyian, pagelaran musik,
atau panggung hiburan. Kini dengan derasnya pengaruh budaya pop dari luar negeri, terutama
dari Amerika serikat, beberapa tari modern seperti tari jalanan (street dance) juga merebut perhatian
kaum muda Indonesia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar