SEMESTER 1
Pelajaran Bahasa Indonesia kelas IX IPA
Menentukan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat
Kata hikayat berasal
dari bahasa Arab hikayah yaang berarti kisah, cerita, atau dongeng. Dalam
sastra melayu lama, hikayat diartikan sebagai cerita rekaan berbentuk prosa
panjang berbahasa Melayu yang menceritakan kehebatan dan kepahlawanan orang
ternama dengan segala kesaktian, keanehan, dan karomah yang mereka miliki.
Orang ternama tersebut adalah raja, putra-putri raja, ataupun oranng-orang
suci.
Berdasarkan fase
history, hikayat dalam sastra melayu lama bisa dibagi tiga yaitu:
1. Hikayat
berunsur Hindu
2. Hikyat
berubsur Hindu-Islam dan
3. Hikayat
berunsur Islam
Hikayat yang berunsur Hindu
berinduk pada dua hikayat utama: “Hikayat Sri Rama” dan “Mahabharata”. Dari dua
kisah ini, berkembang hikayat lain seperti “Hikayat Pandawa Lima”. Hikayat yang
berunsur Hindu dan Islam merupakan hikayat yang berassal dari tradisi Hindu,
lalu diubah sesuai dengan unsur-unsur Islam. Contohnya “Hikayat Si Miskin”,
“Hikayat Inderaputra”, dan “Hikayat Jaya Lnegkara”. Hikayat yang berunsur Islam
adalah hikayata yang berasal dari sastra Arab-Persia. Contohnya “Hikayat 1001
Malam” dan “Hikayat Qamar Al-Zaman.
Unsur-unsur
intrinsik sebagai berikut.
1. Tema
merupakan ide yang menjadi dasar penyusunan cerita dan sasaran cerita tersebut.
2. Alur
merupakan rangkaian pristiwa yang mengandung hubungan sebab akibat. Hubungan
sebab akibat dimunculkan dalam bentuk konflik.
3. Tokoh
dan penokohan berkaitan dengan pelaku cerita dan sifat-sifat yang dimiliki
pelaku yang membentuk cerita.
4. Latar
merupakan gambaran tempat, waktu, dan keadaan sosial tempat terjadinya
peristiwa dalam cerita.
5. Amanat
merupakan pesan moral yang terdapat dalam hikayat.
Unsur
ekstrinsik merupakan unsur yang membangun cerita di luar sastra. Unsur
ekstrinsik sebagai berikut.
1. Religi
(agama)
2. Adat
Istiadat
3. Latar
belaknag sosial budaya
4. Silsilah
atau garis keturunan
Secara
umum hikayat memiliki ciri sebbagai berikut.
1. Anonim,
hikayat tidak menyebutkan nama pengarang secara jelas.
2. Istana
sentris, cerita dalam hikayat bersifat tetap dan tudak banyak perubahan.
3. Bersifat
statis, cerita dalam hikayat bersifat tetap dan tidak banyak perubahan.
4. Bersiifat
komunal, hikayat menjadi milik masyarakat umum.
5. Menggunakan
bahasa klise, hikayat menggunkan bahasa yang diulang-ulang.
6. Bersifat
tradisional, hikayat bersifat meneuskan budaya, tradisi, dan kebiasaan yang
dianggap baik.
7. Bersifat
didaktis, hikayat bersifat untuk pendidikan, moral, maupun religius.
8. Menceritakan
kisah uniocersal manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar